Monday, August 22, 2011

TIPS AND TRICKS 4: Live Guitar Sound

Manggung. Kata itu yang paling kita sukai bukan? Semua latihan, semua waktu yang terbuang, semua uang yang kita habiskan, adalah untuk satu kata ini: Manggung. Bagi kebanyakan seniman [baca: musisi] panggung adalah tempat kita berekspresi dan menampilkan karya kita. Dan bagi sebagian besar orang, manggung juga menyenangkan karena kita dibayar. Mungkin dengan uang, mungkin dengan tepuk tangan, mungkin dengan tatapan kagum penonton. Intinya, manggung itu super cool.

Tapi sayangnya, sering kali “manggung” kita kurang memuaskan. Entah saat main jelek, entah saat band kita kurang kompak, entah hati lagi ada masalah, entah soundnya gak enak. Banyak faktor yang bikin manggung kita kurang memuaskan. Dan kali ini, saya pengen bahas faktor yang terakhir itu: saat sound kita gak enak.

Yang saya maksud dengan 'sound' adalah tone gitar kita. Bukan sound system secara keseluruhan karena itu akan butuh ratusan lembar halaman buku untuk membahasnya. Saya hanya akan membahas 'hal-hal kecil' yang berhubungan dengan sound gitar kita.

Sering banget kan kita alamin, saat kita udah menghabiskan uang banyak untuk beli gitar, beli efek, beli kabel, beli ampli, dan lain-lain tapi sound kita di panggung masih kerasa gak enak aja. Itu menyangkut banyak sekali faktor. Faktor yang bisa kita atasi, dan faktor yang gak bisa kita atasi, karena diluar kemampuan kita.

Di sini saya hanya akan membahas faktor-faktor yang bisa kita tangani. Saya anggap teman-teman udah gak punya masalah sama gitar, kabel dan efek. Nah sekarang mari kita lihat faktor-faktornya ya.

TANGAN
Sound live itu “mengalir” melalu beberapa aspek sebelum sampai ke kuping pendengar. Pertama adalah dari Tangan kita. Bagiamana cara kita bermain, bagimana cara kita picking, bagaimana cara jari-jari kita menekan senar, itulah sound asli dari seorang gitaris. Dari tangan, lalu ke gitar, dari gitar ke pedalboard [efek], lalu ke ampli, lalu ke todongan mic atau DI box, ke mixer, EQ dan compressor, speaker FOH, lalu yang terakhir adalah akustik ruangan.

Adagium yang berlaku bagi gitaris, “your tone is in your fingertips”, atau “Tone berada di jari-jarimu” sangat berlaku disini. Itulah sebabnya gitaris yang udah pro atau yang udah 'dewasa' mainnya, soundnya kemungkinan besar jauh lebih baik ketimbang yang amatiran. Bukan karena peralatannya, tetapi karena tangannya. Kamu bisa kasih alat jelek ke gitaris pro, dan hasil tone nya tetep aja enak. Dan kamu bisa ngasih peralatan mahal kepada gitaris amatiran, tapi soundnya bakalan tetep hancur.

Oleh karena itu berltihlah untuk mendapatkan tone dari tanganmu dulu. Latihlah picking dan vibrato dengan baik. Karena teknik-teknik inilah yang paling penting dalam pengembangan tonemu. Gitaris yang pickingnya bagus, pasti tonenya lebih bersih dari yang pickingnya jelek. Gitaris yang vibratonya bagus, pasti sustainnya lebih bagus daripada yang vibratonya jelek. Jika ini kamu kuasai dengan baik, maka “pewarnaan” tonemu akan benar-benar diawali oleh jari-jari kamu.

Satu yang tak lupa saya bahas, adalah Tone gitar itu kadang enak di kuping, tapi gak enak di tangan. Atau sebaliknya, enak di tangan tapi gak enak di kuping. Maksudnya, kadang tone yang kita mainin itu kerasa sangar soundnya, tapi menyulitkan penjarian seperti picking dan legato. Dan ada juga yang setelan tone nya enak banget buat picking dan legato, tapi kurang enak terdengar di kuping. Untuk hal, saya pribadi memilih sound yang enak di kuping dulu. Saya kemudian melatih jari-jari saya agar terbiasa dengan sound dan tone seperti itu. Gak ada cara lain emang. Kadang kita harus 'bertarung' dengan instrumen kita sendiri. Tapi hasil yang didapatkan memang sebanding.


LESSON 1: Your tone is in your fingertips

Saya gak akan membahas gitar dan efek, karena saya pikir teman-teman sudah menguasai dan paham maksudnya.

AMPLI
Ampli ini jarang kita kasih perhatian, padahal ampli ini sumber utamanya tone kita selain gitar. Gitaris-gitaris profesional 'menyandarkan' kualitas soundnya pada ampli. Bahkan suara distorsinya pun mereka ambil dari ampli ini. Dan itulah cara 'yang paling benar' untuk mendapatkan sound bagus. Karena amli punya kadar tone yang natural dan terdengar tebal dalam mix. Semua pedal-pedal distorsi diciptakan sebenranya untuk meniru kualitas ampli, dan berguna untukn menambah kinerja ampli. BUKAN UNTUK MENGGANTIKAN AMPLI. Itu adalah hal utama yang harus diingat. Saya banyak sekali melihat gitaris yang soundnya dahsyat dan tebal, yang bisa ngalah-ngalahin gitaris yang peralatannya seabreg-abreg. Justru, sound terdahsyat lahir dari kombinasi gitar dan ampli ini.

Ampli itu terdiri dua bagian. Yaitu Pre-Amp dan Power Amp. Pre amp gunanya sebagai penguat awal sinyal gitar yang disalurkan dari kabel, dan juga sebagai tone shaping, alias mengatur frekuensi Low, Mid, High. Power amp adalah penguat akhir yang nanti akan memberi tenaga kepada speaker.

Nah pre amp dan power amp itu biasanya jadi satu di dalam sebuah HEAD. Biasanya gitaris profesional menggunakan ampli yang pre amp dan power ampnya dari tabung. Harap di ingat, tabung itu ada banyak di dalam sebuah ampli. Ada yang berfungsi sebagai pre-amp, dan ada yang berfungsi sebagai power amp. Yang berfungsi sebagai pre-amp biasanya lebih kecil dari power amp. Tapi ini hanya kriteria umum saja. Ada juga tabung pre-amp yang besar-besar.

Asal suara awal kita dibentuk oleh Head ini. Kita bisa mengatur sinyal dan tone gitar dengan menggunakan kenop-kenop yang ada di Head. Setelah itu sinyal diteruskan ke Speaker atau yang biasa disebut CABINET. Cabinet ini ada yang berisi 2 speaker, ada yang berisi 4 speaker. Head dan Cabinet biasanya terpisah. Tapi ada juga yang nyambung dalam satu tubuh. Ampli model begini biasanya disebut Combo.

Untuk manggung dalam ruangan, kita biasanya gak butuh ampli terlalu keras. Tapi untuk daerah terbuka kita butuh suara ampli yang lebi keras lagi. Dan kadang volume di ampli itu masih kurang. Untuk itulah kita butuh 'menyambung' suara itu ke sound yang lebih besar lagi volumenya. Biasanya dengan cara 'TODONG MIC, atau dengan cara menggunakan DIRECT BOX.

Miking atau todong
Cara Todong Mic paling disukai karena cara ini menangkap sinyal lebih natural hampir sesuai dengan yang kita dengar di kuping. Caranya dengan meletakkan sebuah microphone di depan cabinet kita. Suara yang keluar dari kabinet itu ditangkap oleh mic, lalu kemudian diteruskan ke mixer utama. Dari mixer lalu disambung ke speaker-speaker raksasa.

Beberapa gitaris kadang menggunakan dua mic untuk todong, karena mereka merasa soundnya lebih natural lagi. Ada juga gitaris yang menggunakan lebih dari satu ampli, lalu masing-masing ditodong dengan satu mic.

Yang paling menentukan agar mendapatkan sound paling natural, adalah posisi berdiri kita saat menyetel kenop-kenop ampli. Lucu kan? Tapi ini sebenarnya faktor paling penting. Kabinet mempunyai 'daerah tone' tersendiri, dimana itulah sound nya yang paling natural. Yaitu tepat di depan ampli. Di situ juga tempat kita menaruh mic kita.

 



Saat kita menyetel ampli, biasanya kita berdiri. Kuping kita berada lebih tinggi dari kabinet. Sedangkan daerah sound paling natural adalah berada dari pinggang sampai telapak kaki kita. Oleh sebab itu saya menyarankan menyetel ampli sambil jongkok atau duduk. Agak bising dan berbahaya bagi kuping. But that's the only way untuk dengerin sound paling natural dari cabinet itu.



Cara menggunakan DIRECT BOX juga cukup populer disini. Sayangnya banyak yang salah kaprah dengan penggunaan DI Box ini. Perlu diketahui bahwa sound ampli paling natural dan paling baik adalah sound gabungan dari  head dan cabinet. Sedangkan penggunaan DI Box meniadakan peran Cabinet ini. Hasilnya sound jadi cempreng dan gak banget. Untungnya sekarang banyak DI Box khusus gitar seperti Hughes and Kettner RED BOX yang menyediakan fitur Cabinet Simulator. Dengan adanya fitur ini, kita seperti menggunakan Cabinet virtual, padahal kita sama sekali gak menyambungkannya ke cabinet. Hasilnya sound jauh lebih natural dan hampir mirip ketika ditodong Mic. Bahkan mungkin lebih bersih, karena gak ada bocoran sound instrumen lain yang masuk, seperti jika kita menggunakan Mic.

DI Box yang benar
Pemasangan DI Box yang benar adalah antara Head dan Cabinet. Jadi sinyal dari Head, kita teruskan ke DI Box. Dari DI Box ada 2 keluaran output. Yang pertama kita salurkan ke Cabinet. Yang kedua adalah yang memiliki fitur Cabinet Simulator, kita sambungkan ke Mixer. Satu lagi yang harus diperhatikan adalah pemasangan DI Box. Head tabung HARUS disambungkan ke  Cabinet. Istilah ini disebut Load. Karena jika tidak disambungkan maka head akan meledak. Karena tenaga listrik yang terkumpul di tabung head harus tersalurkan.

Sering kali orang salah memasang DI Box. Kesalahan pertama adalah menggunakan DI Box bukan khusus gitar. Sehingga tidak ada ampli simulatornya. Sound gitar dari DI Box yang tidak memiliki fitur ini bisa kita ketahui dengan mudah dari suaranya yang cempreng, gak ada power, dan menyakitkan telinga.

DI Box yang salah
Yang kedua, adalah memposisikan DI Box sebelum input ampli. Seperti gambar ini. Pemasangan sepert ini menyebabkan sound yang sampai ke mixer adalah sound yang dari efek/pedalboard dan bukan dari karakter Head ampli. Bahkan yang paling parah, soundnya yang sampai hanya clean saja, jika sang gitaris tidak menggunakan efek apapun.







LESSON 2: Faktor penggunaan DI box yang salah, dan cara miking yang salah menyebabkan sound kita jadi jelek.


FREKUENSI
Sekarang, kita beranjak ke faktor kedua, yaitu pengaturan frekuensi. Dalam mixing instrumen diatas panggung, pembagian frekuensi adalah sebagai berikut:

Drums: Drum punya frekuensi yang lebar dan powerful di bagian  low dan sampai mid
Cymbal: dari mid high sampai high
Bass: seperti namanya, frekuensinya di Low, sampai mid
Keyboard: Jika band mu ada pemain kibord, maka dia bisa mengisi seluruh spektrum frekuensi dari high sampai low.

Nah kalo sudah ramai kayak gitu, kira-kira gitar berada dimana? Frekuensi natural elektrik gitar ada di posisi Midrange. Coba teman-teman bayangin mixing itu seperti meletakkan banyak orang dalam ruangan. Kita harus pintar menempatkan orang agar ruangan kecil itu mampu memuat semua orang. Begitulah dalam mixing, kita harus pintar mengatur frekuensi agar seluruh instrumen mendapat tempat yang pas. Kalo tidak, maka instrumen satu akan mengalahkan yang lain. Dan yang paling sering menjadi korbannya adalah gitar.

Kenapa gitar? Kesalahan awal bermula dari si gitaris sendiri. Kesalahan yang paling sering saya temukan adalah banyak gitaris Metal yang melakukan setting scoop di equalizernya. Setting scoop ini adalah mem-boost frekuensi High dan Low, lalu menutup frekuensi Mid. Hasilnya, suaranya memang lebih agresif dan metal banget. Tapi sound itu sebenarnya dahsyat dan enak saat gitar dibunyikan sendiri. Tapi begitu seluruh instrumen bunyi bersama-sama, maka hampir pasti sound gitar itu gak bakalan kedengaran.

Mengapa bisa begitu? Karena setelan scoop membuat kita menghilangkan frekuensi asli gitar. Begitu kita boost high dan low, maka frekuensi yang kita boost itu akan bertabrakan dengan frekuensi dari alat lain seperti drum, dan keyboard. Yang lebih parah, karena kita merasa suara gitar kita gak kedengaran, kita menambah lagi volume ampli. Hasilnya malah tambah gak karu-karuan, karena frekuensi asli gitar kita tetap gak terdeteksi karena frekuensi Mid udah kita tutup, malah membuat semakin bising dan gak jelas. Pernah kan ngerasain, ketika gitar kamu dibunyiin sendirian terasa volumenya besar banget, tapi begitu bandnya ikutan main gitarmu tiba-tiba hilang?

Penyebabnya adalah setingan scoop itu. Kadang-kadang settingan scoop ini disebut juga “Smiley Face”, karena bentuknya seperti orang tersenyum dalam grafis equalizer. Settingan scoop ini sebenarnya gak salah, kalo sound engineer pinter ngatur frekuensi instrumen lainnya. Tapi jarang banget ada engineer yang sehebat ini. Album Metallica yang “And Justice For All” aja harus mengorbankan instrumen Bass. Kalo kamu dengar album itu, instrumen Bass hampir gak kedengaran sama sekali karena engineer lebih memilih mengutamakan sound gitar yang scoop, Karena jika Bass nya dibikin lebih “kedengaran” maka sudah pasti sound gitar yang scoop itu gak bakalan jelas terdengar.

Saran saya dalam mengatur kenop-kenop  frekuensi di ampli, adalah meletakkan semua di arah jam 12 dulu, alias Flat. Dengarkan bagaimana soundnya. Kurang dan lebihnya bisa diatur dari situ. Jangan terlalu ekstrim juga dalam mengatur perubahannya.Dikit-dikit aja.

LESSON 3: Hati-hati dengan scoop, cintailah Midrange,, hehe



DISTORSI
Salah satu tanda gitaris kurang berpengalaman adalah bahwa ia mengira semakin banyak gain dan distorsi maka soundnya akan semakin sangar. Padahal sebaliknya, semakin banyak gain dan distorsi akan menambah resiko tone menjadi gak jelas dan terlalu ter-compress.

Ini terjadi karena distorsi mengaburkan definisi not dan nada. Sebuah tone akan kedengaran enak, jika semua not-notnya jelas. Itulah kunci dari tone yang bagus. Seluruh nada dalam kord terdengar dengan jelas. Kadang kita sedikit “curang” dengan menggunakan gain yang besar untuk menutupi permainan kita sendiri. Kita berharap dengan banyaknya distorsi, maka kesalahan-kesalahan akan tertutupi. Padahal kalau emang tangan kita kurang terlatih, maka banyaknya distorsi akan semakin membuat permainan kita terdengar kotor.

Oleh karena itu, berlatihlah dengan menggunakan gain yang tidak terlalu besar. Gitaris band metal Lamb of God, Mark Morton,  bilang bahwa di album terakhir mereka, mereka menurunkan kadar gainnya dan merasa bahwa soundnya menjadi lebih heavy dan sangar. Jadi adagium “Less Is More” itu sangat patut dipakai dalam 'kasus' ini. Jika kamu giat berlatih dengan cara ini, maka tone dan 'gain' akan lahir dari tanganmu. Bukan dari distorsi.

LESSON 4: Less is More,,,,


MY SETUP
Saya pribadi menggunakan sistem todong dan direct secara bersamaan. Di pre-amp Tubeman, saya memiliki 2 output yang bertuliskan “To Mixer”, dan “To Power Amp”. Output “To Mixer” saya sambungkan langsung ke Mixer. Yang “To Power Amp” saya sambungkan ke pedal Delay Line 6 Echo Park. Delay ini memiliki 2 output juga. Output pertama saya sambungkan ke “return” ampli A. Ampli A ini menggunakan sistem Direct dan Todong. Sedangkan output kedua dari Delay, saya sambungkan ke “return” ampli B. Ampli B ini hanya menggunakan sistem todong. Jadi hasilnya saya mempunyai 4 output ke mixer. Banyak ya? Hehe. Dua output saya gunakan untuk Channel kanan, dan dua output lagi untuk channel kiri. Beres.

Settingan ku
Banyaknya channel ini membantu membuat sound saya lebih tebal. Namun saya harus berhati-hati untuk mengatur frekuensi masing-masing channel ini biar gak bertabrakan. Intinya, saya mengatur agar masing-masing memiliki frekuensi dominan yang berbeda. Misalnya channel 1 dominan di Low, channel 2 dominan di Mid, Channel 3 dominan di High, dan channel 4 saya set flat, alias sama rata. Dengan begini range frekuensi sound gitar saya bisa lebih lebar.

Teman-teman bisa membuat setup kalian sendiri. Yang terpenting adalah kalian harus menguasai dulu peralatan yang kalian punya. Fitur-fitur apa aja yang ada di peralatan kalian itu. Lalu rajin-rajin eksperimen biar kalian bisa nemuin kombinasi dan setup yang paling cocok buat kalian.



KESIMPULAN
Penjelasan diatas hanyalah penjelasan singkat tentang kiat-kiat yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan sound terbaik di atas panggung. Sayangnya, sound terbaik diatas panggung itu bukan dihasilkan murni dari kita, para gitaris. Melainkan juga menyangkut faktor peralatan panggung secara keseluruhan, sound system, ruangan, dan juga sound engineer. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor yang terpenting. Kita tidak bisa berbuat apa-apa jika sound dan tone gitar setelan kita sudah enak, namun beberapa faktor lain gak menunjang seperti sound system amatiran, ruangan yang telalu banyak gema, dan sound engineer yang gak bersahabat dan sok pintar.

Tapi setidaknya kita bisa memaksimalkan apa yang kita punya dan kita bisa, sehingga sinyal dari peralatan gitar kita, adalah sinyal yang terbaik untuk sampai ke mixer. Ini adalah langkah awal memudahkan keseluruhan sound system untuk berfungsi dan berbunyi dengan baik.

Mudah-mudahan penjelasan singkat ini ada gunanya.


note: dua foto diatas, saya ambil dari www.drpeterjones.com

19 comments:

  1. wih,,,membantu sekali tips dari mas norman,, lanjutkan mas,,

    note:
    saran-kasik donk video waktu mas norman setting amplinya waktu manggung CCCC..hehe

    ReplyDelete
  2. Wow,,video gimana tuh bro? video aku nyeting ampli gitu? hmmmm,,kurang berguna sih, soale ampli itu neda2, sama merek tapi pasti beda sound,,,wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mas. . . Kelebihannya satu merk sound belum tentu merk sound yg lain punya. . .

      Delete
  3. maksudku: beda2,,,
    sorry salah ketik,,

    ReplyDelete
  4. tutorial bgni ni yg perlu diperbanyak hahahahha

    ReplyDelete
  5. Kalo settingan eross chandra tau ga mas bro? Minta bocoranya dong

    ReplyDelete
  6. Kalo settinganya eross chandra tau ga bro? Bocoranya dong sedikit

    ReplyDelete
  7. Terima kasih banyak artikelnya sangat membantu mas bagi pemula...boleh sharing" mass

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  10. Artikelnya bagus gan, brdasarkan teori dan pegalaman. Izin copas y

    ReplyDelete
  11. Artikelnya bagus gan, brdasarkan teori dan pegalaman. Izin copas y

    ReplyDelete
  12. The best gan materinya. Sangat bermanfaat. Boleh tau mic todong untuk nangkep distorsi tu apa gan?

    ReplyDelete
  13. Thank Bermanfaat Banget Mas Artikelnya
    Sekali lagi Thank. By.Alex Borneo Kalimantan Utara Tarakan.

    ReplyDelete
  14. tips bermanfaat bngt buat gitaris dan sound ma

    ReplyDelete
  15. nice share mas.. mau tanya.. kalau ada 1 channel dari tubeman ke mixer, berarti akan ada 1 channel yg selalu bersih tanpa modulasi or delay dong ya?

    ReplyDelete