Tuesday, August 16, 2011

TAO OF SHRED 3: Be The Best



Apa definisi 'gitaris yang baik'? Seorang teman bilang, gitaris yang baik adalah gitaris yang gak pernah be'ol di atas meja. Haha. Saya sendiri bingung mau bilang apa. Saya bisa menulis satu buku penuh hanya untuk membahas ini.

Apakah gitaris yang baik itu yang mainnya paling rapi? Apakah gitaris yang baik itu yang mainnya paling persis dengan rekaman [rekaman lagu-lagunya sendiri, atau meng-cover lagu orang lain]? Apakah gitaris yang baik itu yang mainnya paling cepat? Ataukah gitaris yang mainnya soulful banget?

Masih banyak banget kategorinya.

Tapi kalo boleh disimpulkan, saya bisa bilang bahwa gitaris TERBAIK, adalah gitaris yang bermain sesuai konteks musiknya. Ia bisa bermain pelan jika musik membutuhkannya untuk bermain pelan. Ia bisa bermain cepat jika musik membutuhkannya untuk bermain cepat. Ia bisa bermain halus, ia juga bisa bermain kasar jika musik membutuhkannya untuk itu.

Itu aja. Simple banget kan?

Nggak. Itu sebenarnya susah banget. Ada banyak usaha dan kerja keras untuk bisa main seperti itu. Seorang gitaris harus melalui berbagai proses dan 'kejadian' sebelum ia mencapai tahap demikian.

Saya punya pengalaman menarik.

Beberapa bulan yang lalu, saya ke Jakarta untuk menjadi session player di album salah satu artis pendatang baru. Saya disuruh mengisi gitar untuk beberapa lagu. Ketika berangkat saya pede abis. Dalam hati saya bilang, “Halah cuma lagu-lagu kayak gitu aja, dalam sehari aku bisa nyelesain satu album”

Sesampai di Jakarta, dan masuk studio. Semua berbanding terbalik dengan perkiraan saya. Ketika masuk studio dan mengisi gitar, saya baru sampai di bar pertama ketika saya kemudian disuruh berhenti oleh musik produsernya. Ia bilang, “Mainmu jelek. Belum pantes masuk industri rekaman”.

Saya terhenyak. Dalam hati saya bilang “Come on man, saya kan pernah jadi gitaris terbaik se-Indone....”

Dengan wajah sangar si produser menyetel lagi hasil rekaman gitar saya. Setelah saya dengarkan emang JELEK.

Saya gak tahu kenapa. Apakah karena ini pengalaman pertama saya memasuki industri musik ibukota, atau karena perasaan saya saat itu lagi galau karena masalah pribadi. Saya gak tau. Yang saya tau, kalo di Malang saya bisa mengisi lagu-lagu seperti itu dengan baik dalam waktu 5 menit, alias sekali take.

Saya lalu meminta waktu 3 hari kepada produser. Dalam waktu 3 hari itu saya menangkan diri dari segala pikiran. Berlatih lagi memperbaiki permainan gitar saya. Untunglah dalam waktu 3 hari saya berhasil melakukannya. Walaupun kemudian proses rekaman memakan waktu yang panjang, dan juga 'omelan-omelan' produser, saya akhirnya berhasil juga merampungkan tugas saya.

Apa makna yang bisa diambil?

Menjadi gitaris itu tidak lah mudah. Walaupun kamu punya segala teknik dan teori, kamu punya peralatan yang bagus, permainanmu juga dipuji banyak orang, tapi kamu tetap butuh belajar banyak. Dari orang lain dan dari pengalaman sendiri.

Betapa susah memainkan sesuatu yang ceria, sedangkan hati kamu sedang galau. Begitu juga sebaliknya.
Betapa susah menampilkan yang terbaik dari diri kamu, sedangkan banyak faktor, dan banyak hal yang kamu lalui saat itu. Ini sama dengan seorang aktor yang harus berakting gembira padahal hatinya sedang sedih.

But, The show must go on.

Produser, sutradara, artis, industri,atau bahkan dunia sekalipun tidak akan pernah mencoba mengerti keadaan kamu. Mereka inginkan yang terbaik dari kamu, karena mereka membayarmu mahal. Maka tidaklah mudah menjadi yang terbaik. Sebelum kamu mengalami banyak cobaan-cobaan, maka perjalanan kamu masih panjang.

Dalam hidup, perjalanan adalah tujuan. Maka saya gak pernah mencoba menjadi THE BEST GUITARIST. Saya hanya ingin menjadi THE BEST PERSON....

No comments:

Post a Comment