Saturday, August 20, 2011

STORIES 1: THE RISE AND FALL OF THE SHREDDERS

Sebagai gitaris, kita sering banget kan dengerin kata Shredder? Tapi kapan dan bagaimana, serta siapa pencipta istilah itu, hampir gak ada yang tau. Arti kata shredder itu sampai sekarang masih jadi perdebatan. Dan kriteria apa sajakah yang membuat seorang gitaris di sebut shredder juga masih menjadi perdebatan yang hangat.

Sebelum kita menyelami lebih lanjut tentang shredder, terlebih dahulu saya mau menjelaskan arti shredder menurut pengartian saya sendiri dulu. Menurut saya Shredders adalah para gitaris yang berteknik dan berskill tinggi, yang mampu bermain secara sangat cepat. Entah musik mereka rock, metal, atau jazz dan country, gak masalah. Selama mereka masuk kriteria berskill dan berteknik teknik tinggi dan mampu bermain cepat, maka mereka adalah Shredder.

Tapi, pendapat umum menyatakan bahwa shredder hanya terbatas pada gitaris yang memainkan musik rock, metal, dan fusion saja. Okelah kalau begitu. Kalau pendapat ini diterima sebagai pendapat umum, maka saya akan menyempitkan pembahasan hanya ke dalam kriteria gitaris rock, metal, dan fusion.

Sebenarnya kapan era gitaris shredder ini lahir?

Eddie Van Halen
Para pengamat mengatakan bahwa era shredder dimulai sejak pertama kali album Van Halen pertama dirilis di tahun 1978. Lagu pembuka di album itu, “Eruption” adalah titik tolak kelahiran era shredder. Permainan Eddie Van Halen di album itu, dan terutama di lagu “Eruption” tadi, memang cepat, liar, namun juga indah dan berteknik tinggi.

Begitu album itu dirilis, seluruh dunia terhenyak dengan permainan gitar di album itu. Belum pernah ada yang main seperti itu sebelumnya. Eric Clapton, Jeff Beck, Jimmy Page, dan Jimi Hendrix memang merevolusi permainan gitar elektrik dunia. Namun belum ada yang bermain dengan tingkat kecepatan dan teknikalitas seperti Eddie Van Halen.

Sejak itu, dunia musik di Amerika dan juga di dunia mulai berubah. Para gitaris mulai berlatih siang dan malam agar mampu memainkan lagu-lagu yang ada di album Van Halen. Teknik demi teknik Eddie Van Halen di album itu mereka pelajari satu persatu. Walaupun bukan yang pelopor, Eddie lah yang mempopulerkan teknik Tapping di dunia musik. Mulai saat itu, semua gitaris di dunia mulai belajar dan memperdalam teknik tapping. Bukan itu saja, teknik Eddie yang lain seperti alternate picking, legato, dan whammy bar techinique juga dikulik abis. Bahkan teknik ini menjadi teknik standar para shredder hingga sekarang.

Selain revolusi teknik bergitar, Eddie juga merevolusi 'GITAR' itu sendiri. Dia orang pertama yang menggunakan humbucker di dalam gitar strat. Teknik whammy nya, merangsang lahirnya Floyd Rose whammy bar atau yang disini kenal dengan istilah tremolo up-down. Eddie juga orang pertama yang merendam humbucker ke cairan lilin yang bertujuan untuk meredam feedback dan noise. Teknik ini dipakai luas di dunia industri dan dikenal dengan nama wax potting.

Memasuki era 80an, munculah seorang gitaris baru dari Swedia, bernama Yngwie Malmsteen. Permainannya begitu cepat dan mengagumkan sampai-sampai menurut rumor, ia bisa memainkan “Eruption” nya Van Halen dengan menggunakan gigi.

Yngwie Malmsteen
Yngwie datang dengan membawa pengaruh berbeda. Jika permainan Eddie Van Halen lebih berdasarkan kepada blues, permainan Yngwie lebih mengarah kepada musik klasik. Sesuatu yang sebenarnya telah di mulai oleh Randy Rhoads gitarisnya Ozzy Osbourne band. Sayang Rhandy meninggal di usia muda sebelum mengeluarkan semua potensinya. Kehadiran Yngwie ini seperti mengisi kekosongan akan 'the next guitar hero' dalam dunia rock.

Yngwie Malmsteen bergabung dengan beberapa band seperti Steeler, dan Alcatrazz, sebelum akhirnya bersolo karir dan membentuk bandnya sendiri. Album debutnya, “Rising Force” bahkan menghasilkan nominasi Grammy awards. Memang permainna Yngwie di album itu sangat dahsyat ia seperti membawa nyawa musik klasik ke dalam musik rock. Memang walaupun Deep Purple pernah melakukannya, Yngwie disebut-sebut sebagai orang yang paling berhasil menggabungkan musik klasik dan musik rock ini. Aliran yang dibawa Yngwie ini dikenal dengan nama “Neoclassic Metal”.

Kedatangan Yngwie, semakin membuat tumbuh subur lahirnya para gitaris super cepat dan teknikal. Mike Varney, adalah orang yang paling bertanggung jawab atas boomingnya hal ini. Ia adalah pemilik perusahan rekaman bernama Shrapnel Records.

Awalnya Mike mengusulkan kepada sebuah majalah lokal untuk membuat kolom yang bertujuan mencari dan memperkenalkan gitaris-gitaris berbakat. Kolom yang bernama 'Spotlight' itu sukses, sampai-sampai Mike menerima demo hampir ratusan setiap hari dari segala penjuru dunia. Yngwie adalah orang pertama yang Mike orbitkan, setelah mendengarkan demo yang dikirim oleh gitaris Swedia itu. Mike kemudian mendatangkannya ke Amerika, dan seperti yang tadi kita bahas, menjadi fenomena tersendiri dalam dunia gitar.

Vinnie Moore
Mike dan Shrapnel records semakin berjaya, dan semakin menelurkan dan mengorbitkan gitaris-gitaris baru yang hebat-hebat. Pada era inilah para shredder berjaya. Album mereka laku keras. Permainan mereka ditiru dan ditiru di mana-mana. Para shredder yang lahir dari tangan Shrapnel records antara lain: Vinnie More, Tony Macalpine, Joey Tafolla, Greg Howe, Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason Becker, Richie Kotzen, Shawn Lane dan lain-lain.

Di luar Shrapnel records, banyak juga perusahaan rekaman yang mengorbitkan shredder seperti Revelations records yang mengorbitkan Joe Satriani dan Steve Vai. Arah musik juga mulai meluas, yang pada awalnya beraroma neoclassical, kini mulai berkembang kepada Jazz, dan Fusion. Steve Vai malah memperluasnya dengan menggabungkan musik eksotis dan suara-suara aneh. Para shredder mulai berani mengembangkan musikalitasnya ke arah yang lebih luas.

Selain melahirkan kejayaan album-album shredder, era ini juga melahirkan era baru dalam belajar gitar. Era sederhana dimana orang belajar gitar dan mengulik lagu dengan mendengarkan rekaman idolanya, digantikan dengan era video lesson gitar dan buku-buku pelajaran gitar. Orang berduyun-duyun masuk ke sekolah musik, karena ingin belajar musik dan teknik gitar lebih dalam. Era ini adalah era dimana kampus seperti GIT [Guitar Institue of Technology] di Musician Institute, atau kampus musik Berklee menjadi ramai dan laris manis.

Ini terjadi sekitar erah 80an akhir. Hampir semua gitaris saat itu haruslah gitaris yang teknikal dan mampu bermain cepat, akurat, dan bersih. Mereka yang belum bisa, tetap giat berlatih, agar suatu saat bisa menjadi shredder. Kampus seperti GIT dan Berklee menjadi ramai oleh gitaris-gitaris muda yang bersemangat menuntut ilmu, dan berharap karir mereka meroket selepas belajar.

Tapi apa yang terjadi? Di tahun 92, Nirvana mulai menggebrak dengan musik mereka yang anti teknis. Agak punky, dan permainan gitar yang amat sangat sederhana. Mungkin ini adalah sejenis revlusi musikal atas trend yang telah berlangsung selama sepuluh tahunan ini. Musik kasar yang anti kemapanan datang menggantikan musik teknikal dan rumit. Dandanan semau gue, dengan baju flanel dan sepatu kumal menggantikan dandanan rambut mekar, bermake up, dan sepatu hak tinggi ala rocker 80an.

Era yang dikenal dengan nama era Grunge ini, bagaikan malaikat kematian yang langsung membunuh era para shredder dalam sekejap. Dalam waktu singkat, bermain teknik dan cepat sudah dianggap ketinggalan jaman dan “uncool”. Mereka yang berdandan glam rock pun dianggap kaum yang datang dari era dinosaurus.

Dekade 90an ini membunuh karir banyak musisi. Banyak band bubar dan personilnya menghilang di telan jaman. Band yang berusaha bertahan, mencoba mengganti aliran musiknya supaya lebih bisa diterima oleh trend grunge ini. Bisa ditebak, mereka gagal. Banyak musisi yang kemudian harus beralih profesi menjadi tukang cat, atau penjaga pom bensin hanya agar bisa bertahan hidup.

Para gitaris shred yang selama ini merajai dunia musik, tumbang satu persatu. Hanya beberapa orang yang benar-benar memiliki basis massa yang kuat yang sanggup bertahan, seperti Joe Satriani, Steve Vai, dan Yngwie Malmsteen. Para shredder yang dulu jadi rebutan perusahaan rekaman, kini ramai-ramai ditendang. Banyak yang kemudian menjadi session player alias musisi penggiring, seperti yang dilakukan Greg Howe saat ia menjadi musisi penggiring Enrico Iglesias, dan Michael Jackson.

Gitaris-gitaris muda yang saat itu baru lulus dari sekolah musik seperti kebingungan dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Banyak yang kemudian menyembunyikan kemampuan bergitarnya, dan mencoba bermain 'sederhana', hanya agar bisa bertahan hidup dalam era musik yang baru itu.

Mike Varney dengan Shrapnel recordsnya harus membatalkan rilisan ratusan album. Jika satu album dicetak satu juta copy, maka bayangkan saja kerugian yang ia alami. Untunglah Mike bertahan dengan membuat label baru bernama Blues Bureau dan Tone Center, yang merilis rekaman-rekaman blues dan jazz.

Yang tak lupa ikut menderita adalah pabrikan-pabrikan gitar. Pabrik gitar yang selama ini lekat dengan image shredder seperti Jackson, Charvel, Kramer, dan Dean satu persatu gulung tikar. Pabrik besar seperti Ibanez pun hampir bangkrut, untunglah mereka masih memiliki produk yang bisa dijual di era grunge itu.

Di tahun 2000, ketika era grunge mulai memudar dan digantikan oleh musik Nu-Metal, orang mulai tertarik lagi belajar gitar. Kehadiran Tom Morello [RATM dan Audioslave], Wes Borland [Limp Bizkit], Munky dan Head [Korn], membuat dunia pergitaran sedikit mulai ramai. Kehadiran Nu-Metal ini membuka jalan bagi lahirnya kembal musik metal dalam skala penuh.

Kehadiran band seperti Slipknot, Mudvayne, System of a Down, membuat para penikmat musik mulai tertarik lagi untuk mendengarkan musik metal. Akhirnya band-band rock dan metal yang dulu berhenti eksis, kini muncul lagi sebut saja Iron Maiden, Skid Row, White Lion, dan lain-lain.

Synyster and Zacky
Begitu era metal muncul lagi, maka era shredder pun muncul kembali. Shredder-shredder baru seperti Jim Root dari Slipknot, Mark Morton dan Willie Adler dari Lamb of God, Matt Heafy dan Corey Beleau dari Trivium, Herman Li dan Sam Totman dari Dragonforce, serta Zacky Vengenance dan Synister Gates membawa pencerahan baru dalam dunia shredder. Anak-anak muda penikmat metal yang menyukai permainan gitar mereka, mulai mencari-cari lagi rekaman para shredder lama begitu tau bahwa musisi idola mereka terinspirasi oleh shredder-shredder lama itu.

Era baru kebangkitan shredder ini ditandai dengan hadirnya lagi album baru dari shredder-shredder lama, sebut saja Vinnie Moore atau Paul Gilbert. Album-album para shredder lama yang mencoba bertahan di era grunge di rilis ulang di Amerika. Karena selama ini album-album mereka “terpinggirkan” dan hanya dirilis di daerah Asia saja. Mike Varney pun menghidupkan kembali Shrapnel records yang selama ini mati suri. Pabrik-abrik gitar yang dulu bangkrut kini bangkit kembali memporduksi gitar-gitar mereka.

Shredder lama dan shredder baru kini bersaing dalam karya-karya mereka. Ada nilai indah yang bisa kita lihat disini. Ketika shredder-shredder lama menginspirasi anak-anak muda di tahun 80an untuk belajar gitar secara serius. Anak-anak muda ini kemudian menjadi terkenal di pertengahan dekade 2000an. Ketenaran mereka, membuat fans-fans mereka tertarik untuk mendengarkan album-album yang menginspirasi  mereka itu, yaitu para shredder lama. Akhirnya shredder lama muncul kembali berkat ketenaran shredder baru yang dulu mengidolai shredder lama.

Inilah musik, inilah trend. Tapi yang paling penting: Inilah hidup. Terus berputar. Seperti lirik lagu apa ya? Hehe.

No comments:

Post a Comment