Bicara tentang distorsi sudah pasti saru, eh seru. Gitaris manapun dimuka bumi ini pasti pernah bersentuhan dengan distorsi. Baik kadarnya hanya sampai crunch, atau bahkan yang sampai ultra high freakin' gain.
Jaman dulu, orang tuh menghindari banget yang namanya distorsi. Hingga suatu saat di awal dekade 60'an, seorang pemuda bernama Link Wray menusuk konus speakernya dengan sebuah pensil. Ketika ia memainkan gitarnya melalui speaker itu, terdengarlah sebuah suara aneh bernama distorsi. Dan sejak saat itu, dunia berkenalan dengan distorsi gitar. Terima kasih untuk lagunya Link Wray yang berjudul “Rumble”.
Sejak saat itu, gitaris mulai menyetel amplinya keras-keras. Tujuannya biar bisa dapet suara distorsi. Jaman dulu, satu-satunya cara supaya bisa dapetin suara distorsi itu adalah dengan memutar tombol volume ampli kamu sampai mentok.
Untunglah, ada juga orang pintar yang nyiptin alat namanya Fuzz pedal. Nah di akhir tahun 60an, Fuzz pedal ini adalah satu-satunya cara buat dapetin distorsi tanpa harus bikin ngamuk tetangga dengan volume amplimu.
Setelah Fuzz pedal, orang jaman dulu juga nyiptain Overdrive pedal. Gunanya hampir sama, menambah kadar distorsi ampli tanpa harus menyetalnya keras-keras. Berbeda dengan Fuzz yang cenderung tebel, dan agak kasar, suara Overdrive ini halus, dan benar-benar mengangkat karakter asli amplinya.
Di awal tahun 80an, ketika musik rock muai semakin ekstrim, lahir pulalah Distortion pedal. Kali ini kadar distorsinya jauh lebih tinggi dari Fuzz atau Overdrive. Beberapa tahun kemudian, iblis merasuki hati manusia, dan menggoda manusia untuk menciptakan suara distorsi yang jauh lebih garang. Maka lahir lah High Gain distortion untuk memainkan musik-musik super cadas.
Begitulah sejarah singkat distorsi. Industri musik yang menggila, menghasilkan juga industri alat musik yang menggila. Lahirlah beribu-ribu macam efek 'kotor' ini, mulai yang Fuzz, Overdrive, Distorsi, sampai Ultra High Gain. Banyaknya macam dan model, membuat orang bertanya-tanya mana efek yang paling bagus. Pencarian gitaris terhadap efek distorsi, itu bisa diumpamain satria crusader mencari cawan suci.
Saya sendiri pun mengalami hal yang sama. Berbagai macam distorsi sudah saya coba, dan saya harap dengan menulis artikel ini, sedikit membantu para satria crusader lainnya untuk mencari distorsi sucinya.
Zoom GFX 707

[Harga bekas sekitar 500ribu-600ribu. Yang baru udah gak ada karena efek ini udah discontinue]
Tech 21 SansAmp

Sayangnya, menurut saya efek ini kurang powerful untuk manggung. Mungkin karena efek ini terkesan scooped banget. Kenop untuk pengaturan frekuensi Mid-nya emang nggak ada. Padahal posisi gitar di dalam mix itu adalah di bagian frekuensi Middle. Akhirnya sering banget sound saya jadi ketutup saat live. Tapi untuk rekaman, saya pikir hasilnya bisa bagus banget. Kita bisa dapetin berbagai macam sound dari kontrol-kontrol kenopnya yang lumayan variatif.
[Harga sekitar 2,3 juta-2,7 juta]
MXR Distortion III

Setelah punya, emang saya akuin soundnya hampir mendekati soundnya Van Halen di 3 album pertama. Renyah, dan tebel juga. Tapi saat bermain bersama C-IV, saya merasa saya butuh lebih banyak gain. Saya butuh yang lebih ekstrim dari ini. So, I decided to move on.
[Harga sekitar 900ribu-1,2 juta]
Hardwire Valve Distortion

Untuk settingan Saturated, karakter pedal ini mirip Boss DS-1, tapi dengan gain yang lebih banyak. Gain nya pas banget untuk main rhythm dan juga lead. Tapi memang untuk main lead, mungkin harus ditambah booster lagi.Biar lebih basah.
Sebenarnya efek ini gak ada kekurangan, tapi suatu saat ada seorang teman yang menjual pre-amp Hughes and Kettner Tubeman MK II. Itu adalah pedal impian saya sejak lama, karena saya baca di majalah, Nuno Betencourt juga menggunakan efek itu. So, efek Hardwire itu saya jual buat nambah-nambah beli Tubeman.
[Harga sekitar 1,3 juta-1,5 juta]
Marshall Jackhammer

Harge sekitar 400ribu-650ribu]
DOD Yngwie Malmsteen Overdrive

Efek ini lumayan simple karena hanya tombol GAIN dan VOLUME. Rupanya Tone-nya emang benar-benar dirancang supaya mirip Yngwie banget. Alasan kenapa saya tidak lagi menggunakan efek ini adalah karena socket buat adaptornya aneh banget. Gak cocok dengan power supply punya saya. Hehe.
[Harga sekitar 500ribu-700ribu]
Digitech Bad Monkey

[Harga sekitar 500ribu-750ribu]
Boss SD-1

[Harga sekitar 400ribu-600ribu]
Hughes and Kettner Tubeman MK II

Sejak dulu ini emang efek impian saja. Alhamdulillah bisa beli, karena harga barunya mahal banget, sekitar 4,5 juta. Saya sudah mengincar efek ini sejak lama, karena efek ini pernah dipake ama idolaku, Nuno Bettencourt.
Secara sound, udah lengkap banget. Karena pre-amp ini ada 3 channel, yaitu Clean, Crunch, dan Lead. Sebenarnya itu aja udah cukup, tapi saya masih nambahin satu pedal lagi buat booster volume dan nambah sedikit gain. Dan pedal yang beruntung itu adalah Boss SD-1.
Kelebihan pre-amp ini, adalah ia juga memiliki speaker simulator sendiri. Jadi seumpama kita gak ada ampli, efek ini bisa langsung dicolok ke mixer, dan suaranya akan tetap natural dan dahsyat. Jadi memiliki pre-amp ini di pedalboard rasanya seperti sudah punya ampli instan.
Selain itu pedal ini juga mempunya dua output. Power Amp output, dan Mixer output. Yang Power Amp Output buat dicolokin ke lubang 'Return' di ampli [sssttt,,,asal tau aja, dicolok ke Input ampli juga tetep asik kok]. Yang Mixer Out buat dicolok langsung ke mixer. Jadi kamu bisa punya dua keluaran sound, alias STEREO. Saya sendiri mencolok keluaran Power Amp Out ini ke efek Delay. Nah, karena Delay saya itu memeiliki 2 output juga, maka output itu saya bagi kiri dan kanan. Untuk ampli A dan ampli B. Nah yang keluaran dari Mixer Out saya colok langsung ke mixer. Jadi saya bisa punya 3 output sekaligus. Menyenangkan.
Kelebihan lain, dan juga mungkin kelebihan utamanya adalah efek ini menggunakan tabung beneran. Sebuah 12AX7 jadi nyawa dari sound ampli ini. Banyak orang memodifikasi efek ini dengan menukar tabungnya. Tapi saya sendiri udah puas dengan kinerja tabung itu. Yang rajin ya nak,,hehehe
Efek ini sebenarnya memang dirancang untuk dipakai rekaman. Tapi penggunaan untuk live juga gak kalah dahsyat kok suaranya. Jika kamu punya efek ini, bayangin aja kamu punya efek Overdrive untuk crunch, Distortion, Metal Zone, Equalizer, Direct Box, dalam satu kotak. Bisa dipakai untuk rekaman pula. Menurut saya inilah pedal yang paling lengkap fungsinya. Sayang efek ini gak bisa berfungsi sebagai magic jar. Kalo bisa, pasti sempurnalah hidup saya.
Kekurangan efek ini ada dua. Sebenarnya bukan kekurangan sih, tapi alangkah asiknya kalo 2 faktor ini juga diikutsertakan dalam pedal ini. Yang pertama adalah tombol On-Off. Amat riskan kalo langsung mematikan efek tabung ini dengan cara mencopot adaptornya. Rasanya gimanaaaaaa gitu. Yang kedua pedal ini tidak mempunyai socket XLR. Buat kalian yang gak tau, socket XLR itu bentuknya seperti colokannya microphone. Yang bunder terus ada 3 kaki di dalamnya. Kalo ada socket ini, pastilah lebih mudah kalo kita mau mencolok langsung ke mixer.
So, jika ada gitaris yang mau hidupnya lengkap, saya rasa efek ini bisa jadi pilihan. Hehe,,,,
[Harga 4,5 juta-4,75juta]
Nah teman-teman mudah-mudahan mendapat sedikit gambaran tentang pedal-pedal yang saya ulas tadi,,,,
mantap ghan sharenya...sukses terus daah...
ReplyDelete