Monday, June 17, 2013

INVOKING THE CUTE DEVIL: Building 'Princess Elle'



Sejak awal bisa membeli gitar dengan uang sendiri, entah kenapa saya selalu terobsesi dengan Telecaster. Gitar pertama yang saya beli memang adalah Telecaster. Setelah sekian lama berkutat dengan berbagai macam gitar selama 15 tahun bermusik ini, saya akhirnya kembali lagi ke Telecaster, setelah sebelumnya lumayan tergila-gila dengan gitar ala Super-strat.

Dalam benak saya, saya ingin kembali ke ide awal saya tentang Telecaster. Gitar dalam benak saya itu adalah sebuah Tele berwarna pink, menggunakan Bigsby, memiliki 2 humbucker, dan kaya akan sound.

Darieos guitar kembali menjawab tantangan saya. Dalam waktu 2 hari, luthier asal Kepanjen ini membuat Tele impian saya dari 0. Sebuah record dunia, menurut saya. Dalam dua hari itu, beliau telah menciptakan sebuah instrumen yang indah, namun berbahaya.

Indah karena bentuk, tampilan, dan warnanya. Berbahaya karena soundnya yang dahsyat yang mampu dipakai untuk aliran musik apa saja. Dari blues sampai metal. Gitar impian saya memang harus enak dilihat (great appearance), enak dimainkan (great playability), dan enak didengarkan (great tone). 

Desain awal semua berasal dari ide, Darieos guitar mewujudkannya menjadi kenyataan. Untuk body, saya menginginkan body Tele yang sedikit di-tweak. Maksud tweak adalah sedikit diotak-atik agar nyaman. Bahan untuk body adalah kayu Alder. Ada cut-awaynya dibagian depan dan belakang agar nyaman saat dipakai.

Walaupun solid body, ada beberapa Tone Chamber di dalam body ini. Tone Chamber adalah sejenis lubang-lubang kecil yang ada di body gitar. Tujuannya selain untuk membuat gitar ini ringan, juga untuk menambah sustain, dan keunikan tone. Ide ini ternyata memang berhasil. Untuk sound clean saja, gitar ini memiliki sustain yang cukup panjang.



Untuk bridge, saya suka banget dengan bridge ala Bigsby. Walaupun belum bisa mendapatkan Bigsby yang asli, setidaknya bridge yang saya pakai sekarang sudah bisa merepresentasi keinginan saya. Untuk bagian bridge yang ada yang saya ganti dengan buatan TonePros. Bridge buatan TonePros ini terbuat dari bahan khusus yang berguna menambah sustain dan mereduksi kemungkinan senar putus. Sangat membantu.

Bahan untuk Neck tetap Maple. Kali ini saya ingin mencoba fretboard dari maple pula. Jadilah neck saya menjadi neck yang one piece. Alias tanpa sambungan. Hasilnya aku merasa string definition nya jauh lebih terasa. Head untuk gitar ini juga saya pilih yang 'reversed' biar bisa meniru idola saya 'Nuno Bettencourt'. Selain itu keunikan neck ini adalah sambungannya agak panjang melewati neck pick up, sampai menyentuh bridge pick up. Ini adalah adaptasi dari sistem neck trough, tapi tetap menggunakan sistem bolt on. Gunanya, getaran tone gitar ini kerasa banget.

Untuk pick up, saya kembali mempercayakan kembali Seymour Duncan. Saya cocok banget dengan tingkat warmnya, bite, serta kenyamanan saat touch. Terasa lembut di tangan, tapi menggelegar di telinga. Model yang saya pilih kali ini adalah Seymour Duncan SHPR-1 P-RAILS. Model ini memiliki bentuk yang unik dan kemampuan yang unik karena desainnya merupakan gabungan dari pick up singlecoil, P-90, dan Humbucker. Seymour Duncan sendiri mengklaik bahwa pick up ini mampu menghasilkan 3 tone pick up (single, P-90, Humbucker). Saya sendiri sangat puas dengan kinerja pick up ini. Outputnya tidak terlalu gede. Justru itu yang saya mau, membuat touch kita lebih terasa personal.



Hardware lain, saya memilih Grover 18:1 Ratio untuk tuning pegs. Rasanya halus, dan daya tahannya juga terjamin. Untuk potensio saya memilih Bourns karena menurut yang saya baca, Eddie Van Halen dan Yngwie menggunakan potensio ini. Setelah saya coba, tone gitar mengalami perubahan yang signifikan, dan sangat lembut saat diputar.



Kesimpulannya, ini memang sudah pantas memenuhi kriteria sebagai gitar impian saya. Mulai sekarang gitar ini menggantikan gitar tele saya yang sebelumnya.

Thursday, February 28, 2013

BE-RANDALL

Randall T2HL


Nama ampli Randall sudah saya kenal sejak SMP. Tentu saja saya membaca nama itu di sampul album Pantera. Gitaris Pantera, Dimebag Darrel, adalah orang yang paling ‘bertanggung jawab’ atas terkenalnya ampli ini di tahun 90an ketika nama Pantera mulai menanjak.
Dimebag Darrell with his Randall amplifier


Dimebag mempunyai sound gitar yang unik dan berbeda dengan gitaris lain di jamanny. Tentu saja sound unik itu lahir dari tangannya Dimebag, dengan dibantu oleh beberapa peralatan. Uniknya, Dimebag sudah menggunakan peralatan ini sejak awal karirnya pada usia belasan tahun. Gitarnya yang merk Dean, didapatkannya ketika memenangkan kontes gitar pada usia belasan tahun. Begitu juga dengan ampli Randallnya. Kedua alat ini, ditambah dengan beberapa efek, melahirkan sound gitar gahar, yang selain mengiris kuping, juga menghujam dada. Sound inilah yang menjadi dasar berkembangnya sound metal modern, yang pergerakannya di mulai di awal tahun 2000an oleh Fear Factory, Korn, Limp Bizkit, Disturbed, dan lain-lain.

Menurut Dimebag, sound khasnya itu memang sebagian besar lahir oleh karakter solid state ampli Randall. Seperti yang teman-teman tahu, ampli Randall yang Dimebag gunakan tidak menggunakan tabung (tube), melainkan transistor. Karakter solid state ini membuat ia bisa menemukan gain yang lebih gahar. Anehnya, walaupun banyak orang bilang ampli solid state itu karakternya kurang ‘warm’, sound Dimebag sendiri terkesan warm. Menyayat tapi tidak menyakitkan telinga. Mungkin disinilah kelebihan ampli Randall ini. Randall ‘sengaja’ membuat ampli solid state, bukan untuk alasan harga yang lebih murah daripada harga ampli tabung, melainkan semata-mata untuk menghasilkan kualitas sound yang BEDA.

Sejak saat menyukai Pantera, sejak saat itulah saya penasaran dengan ampli Randall. Yang lebih membuat saya histeris adalah ketika idola saya yang lain, Nuno Bettencourt juga menggunakan ampli Randall. Awalnya image Randall di mata saya adalah ampli yang high gain khusus main metal yang soundnya mid-scooped (teman-teman gitaris pasti tahu arti mid-scooped ini). Tapi begitu Nuno ternyata menggunakan ampli ini, image langsung berubah. Ternyata Randall juga bisa membuat ampli rock yang mid nya nendang, agak old-school, tapi juga punya punch dan bite.

Nuno Bettencourt and his Randall amp
Tidak hanya Nuno dan Dimebag saja yang menggunakan Randall, gitaris dunia seperti Kirk Hammet, Dan Donegan, George Lynch, dan Scott Ian pun menggunakan Randall sebagai penghasil sound utamanya!
Kirk Hammet of Metallica
Dan Donegan of Disturbed



George Lynch

Scott Ian of Anthrax


Keputusan saya pun bulat.

Saya harus memiliki ampli Randall!

Yang tidak saya percayai adalah saya kemudian ditawari untuk menggunakan ampli ini secara gratis, tanpa membeli!

Semua berkat kebaikan seorang sahabat (Mr. Jeks 77) yang memperjuangkan nama saya agar dipercaya oleh distributor Randall di Indonesia, Batavia Music (makasih mas Odjie!).

Bayangkan sebuah benda impian tiba-tiba jatuh di pangkuanmu.

Randall pilihan saya adalah model T2HL. Kenapa ampli ini, karena ampli ini serbaguna banget. Bisa dapetin sound old school ala Van Halen dan Nuno Bettencourt. Tapi juga bisa dapetin sound modern ala Lamb of God dan Avanged Sevenfold!
Siapa yang gak tergila-gila?

Ampli T2HL ini menggunakan sistem Hybrid. Yaitu gabungan sistem Tabung (tube) dan sistem Solid-state. Semua kelebihan kedua sistem ini ada di ampli T2HL. Sedangkan kekurangan kedua sistem ini dihilangkan. Kelebihan sistem tabung adalah suaranya lebih warm, gainnya halus, dan lebih natural. Sedangkan kelebihan sistem solid state adalah gainnya lebih metal, dan cleannya sangat jernih.

Kekurangan sistem tabung adalah ia harus dipanaskan terlebih dahulu, dan harus dimainin di volume super gede biar karakter aslinya keluar. Kekurangan sistem solid state adalah distorsinya gede banget sehingga kurang cocok untuk sound yang crunchy. Juga kalo volumenya digedein, soundnya semakin gak enak.

Nah bayangin kalo sebuah ampli mempunyai semua kelebihan sistem tabung dan sistem solid state, dan juga tidak memiliki kekurangan kedua sistem itu.
Itu semua yang ada di ampli Randall T2HL ini!

Apalagi ampli ini memiliki fitur tambahan ‘Boost’ yang membuat saya bisa menambah gain dan volume saat bermain lead. Selain itu ampli ini juga memiliki tambahan ‘Mic Eliminator’ yang membuat kita bisa langsung men-direct ampli ini ke mixing saat live, dan ke komputer saat rekaman, tanpa perlu untuk ‘menodong’ mic ke kabinetnya. Satu lagi, saya pernah mencolok gitar folk akustik ke ampli ini dan suaranya ternyata jernih!


Dahsyat?
Kata ‘dahsyat’ aja masih kurang menurut saya.

Saya cuma bisa bilang, tulisan ini gak usah dipercaya. Jika mau percaya, silahkan coba dulu ampli ini. Teman-teman bisa menghubungi saya kapan aja untuk menjajal kesangaran ampli ini. Dengan harga yang sangat terjangkau, ampli ini bisa dapetin karakter yang luas mulai dari Jazz, Blues, Rock, bahkan Metal. Gak perlu tambahan efek apa-apa, ampli ini sudah sangat mencukupi!


Norman Duarte Tolle


Mari be-Randall ria!

(Special thanks to Mr. Erwin Jeks of Jeks 77 and Mr.Odjie from Batavia Music)

Saturday, January 26, 2013

ALL ABOUT ELLE




Saya kayaknya sejak awal memang udah tertarik ama Telecaster. Gitar pertama yang saya beli pake duit sendiri adalah gitar custom Telecaster. Gitar ini sempat menjadi ciri khas saya, terutama setelah saya menulis “INTIFADA NOW” di body nya.

Gitar ini sempat menjadi gitar utama saya bersama C4. Dan juga sempat dipakai rekaman album pertama C4.

Suatu hari, saya memiliki seorang murid yang masih kelas 3 SD namun bakatnya terlihat sangat besar. Saya memberikan gitar kesayangan saya itu kepadanya. Entah kenapa, saya kemudian tidak mendengar lagi kabar darinya. Dan saya pun tidak mendengar lagi kabar tentang gitar saya itu.
Kemudian saya sempat bereksplorasi dengan gitar ala superstrat. You know, gitar dengan humbucker yang hot output, 24 fret, dan Floyd rose. Tapi lama-lama saya kemudian bosan, dan ingin kembali lagi ke telecaster.

Saya gak tau juga apa alasannya kok saya pengen lagi pake Telecaster. Yang saya tau, saya cuma ngerasa gitar ini memang cocok untuk saya. Lebih straightforward, gak pake banyak embel-embel, gak ngerepotin, dan satu lagi, indah dipandang.

Mungkin saya harus nyeritain sejarah singkat kenapa saya suka banget ama telecaster. Semuanya memang dimulai dengan kekaguman saya kepada gitarisnya Radiohead, Jonny Greenwood. Caranya bermain, ide-idenya, soundnya, dan penampilannya membuat saya jatuh hati kepada telecaster. Apalagi kemudian saya melihat John 5 yang saat itu bergabung ama bandnya Marilyn Manson. Dia bisa bikin telecaster terlihat gothic. Soundnya bisa twangy namun bisa metal juga. Puncaknya ketika saya melihat Richie Kotzen menggunakan telecaster untuk bermain ala shred. 

Wow! I think that’s what I wanna do. Combine those players!

Akhirnya, saat punya kesempatan untuk membeli telecaster, saya mencurahkan semua ide dan pengalaman saya bermain gitar untuk ‘membangun’ sebuah telecaster idaman. Saya lalu membeli sebuah telecaster dari toko. Sebuah tele hitam berpickguard chrome yang membuat tampilannya anggun namun sedikit gothic. Hampir mirip dengan yang dipakai oleh John 5.

Untuk sound, dalam angan-angan saya, gitar ini harus memiliki sound yang komplit. Harus bisa dipakai untuk main musik apa aja mulai dari pop, country, jazz, blues, bahkan metal. Oleh karena itu otak saya bekerja merancang dan memikirkan pick up dan konfigurasi apa yang harus saya pakai.

Untuk pick up bagian neck, saya memutuskan untuk menggunakan Seympur Duncan Hot For Tele. Ini untuk mempertahankan karakter single coilnya yang bright dan twangy, tapi juga memeliki output yang besar. Saya juga ingin sound neck pick up yang warm dan tebal ala humbucker. Oleh karena itu saya membeli sebuah Seymour Duncan Hot Rail untuk dipasang di bagian neck bersebelahan dengan neck pick up aslinya. Pick up ini walaupun ukurannya seperti single coil, sebenarnya adalah sebuah humbucker. Tapi bisa juga displit menjadi single coil sehingga bisa menghasilkan sound ala strat. Eksperimen ini terbukti berhasil saat sound yang dihasilkan ternyata tepat sesuai angan-angan saya.

SH-STR 2 Hot For Tele

SH-Hot Rails


Untuk bridge pick up, mau gak mau saya harus mengganti pick up aslinya yang berupa single coil menjadi sebuah humbucker. Karena untuk menghasilkan sound metal, saya harus menggunakan humbucker. Kalo gak, soundnya akan menjadi terlalu tipis untuk musik metal.

Pilihan saya jatuh pada Seymour Duncan Sh-14. Karakter pick up ini berada di tengah-tengah. Tidak terlalu metal dan juga tidak terlalu mellow. Frequensi Mid nya cocok juga untuk dipakai untuk main lead.

SH-14 Custom 5


Untuk konfigurasi wiring, ELLE memiliki keunikan tersendiri. Ada sekitar 20 sound yang bisa dihasilkan oleh gitar ini. Ada fitur coil split, out of phase, dan juga killswitch (untuk menghasilkan teknik ala DJ). Dengan switch out of phase, saya bisa menghasilkan ground noise jika menyentuh neck pick up. Ini berguna untuk explorasi sound aneh-aneh yang biasa saya lakukan. Sedangkan switch untuk coil split berguna untuk menghasilkan karakter single coil di humbucker saya.

Karena menggunakan humbucker di bagian bridge, saya harus sedikit memodifikasi bridge tele agar humbuckernya bisa dipasang. Radius fretboard juga agak dirubah sedikit biar action nya bisa tetap low, tanpa mengurangi sustain.

Secara keseluruhan, gitar ini bisa mengakomodir semua kebutuhan sound saya. Bisa dipakai untuk main britpop, jazz, country, rock, metal, dan shred.

Saya jatuh cinta banget ama ELLE sampai-sampai gitar ini saya bawa tidur, jalan-jalan, bahkan juga nongkrong!!