Bagian Kedua: Idiot Box
Jika kamu bertanya kepada semua seniman di dunia ini, mereka pasti akan mengakui bahwa karya mereka selalu terinspirasi oleh seniman lain. Entah karya itu mirip banget sama yang mempengaruhi, atau malah gak mirip sama sekali, itu soal lain. Intinya, setiap seniman, apalagi gitaris selalu terinspirasi oleh orang lain.
Kita sudah pasti sangat terinfluence oleh idola-idola kita. Mau bagaimanapun kita menyembunyikannya, pengaruh itu pasti kelihatan. Saya melihat tidak ada yang salah ini, malah sebenarnya bagus. Karena di dunia ini gak ada yang bener-bener original. Karya yang dianggap original itu pasti mempunyai 3 unsur: terinspirasi oleh sesuatu, atau bisa juga gabungan dari karya-karya yang sudah ada, atau bisa juga 'memodifikasi' karya yang udah ada sebelumnya. Yang membuatnya menjadi original adalah ketika belum ada orang lain yang melakukan 3 unsur itu sebelumnya.
Ambil contoh Jimi Hendrix. Permainannya itu dianggap unik banget oleh para gitaris sejagad. Tapi Jimi sendiri mengaku permainannya itu sangat terpengaruh oleh gitaris-gitaris blues angkatan sebelum dirinya. Jimi hanya menambah beberapa pedal efek, dan memainkan aksi liar.
Yngwie Malmsteen? Keunikan permainannya adalah gabungan dari permainan biola Nicollo Paganini, sedikit Richie Blackmore, dan sedikit Jimi Hendrix. Yngwie kemudian memasukkan sedikit 'kepribadian'nya sendiri, sehingga jadilah karya-karya Yngwie Malmsteen yang selama ini kita dengar.
Steve Vai? Kelihatan banget kalo permainannya itu adalah gabungan dari keindahan dan tekniknya Joe Satriani, digabung dengan keanehan dan keunikan Frank Zappa. Kadang-kadang Steve Vai juga menggabungkan musiknya dengan musik-musik eksotis ala India atau Bulgaria.
Kelihatannya gampang ya? Padahal susah banget. Susahnya adalah menemukan ide untuk mengkombinasikan, dan memodifikasi influence-influence kita. Bagaimana cara biar kita gak meniru idola-idola kita itu mentah-mentah.
Saya memiliki cara sederhana untuk itu: SAYA TIDAK PERNAH MENGULIK DAN MEMAINKAN MUSIK-MUSIK IDOLA SAYA SECARA PERSIS NADA DEMI NADA. Alasannya, pertama karena saya GAK MUNGKIN BISA main persis idola saya. Kedua, karena saya emang GAK MAU persis dengan idola saya.
Alasan kedua ini yang pengen saya bahas.
Saya gak mau main persis, karena saya pikir percuma. Karena saya gak pengen orang memuji saya “Man, mainmu hebat kayak Steve Vai”. Saya pengen orang memuji saya “Man, mainmu hebat”. Itu yang saya inginkan. Jadi ketika saya mengulik, atau membawakan lagu orang lain. Saya hanya akan membawakan 75% mirip aslinya, 25% akan saya improve sendiri. Saya masukkin 'diri saya' sendiri ke dalam yang 25% itu.
Dengan begitu saya malah menemukan ciri khas permainan saya sendiri. Mirip idola saya, tapi juga gak mirip idola saya.
Contoh teknisnya begini. Kalo seumpama dalam sebuah bagian lagu, idola saya memainkannya dengan teknik legato, saya akan memainkannya dengan teknik picking. Kalo idola saya melakukan arpeggio, saya akan melakukannya dengan tapping. Dengan merubah-rubah gaya permainan seperti ini, saya malah menemukan hal-hal baru, yang bisa menambah ilmu saya. Dan juga menambah 'perbendaharaan keunikan' saya.
Richie Kotzen mencontohkannya denga sangat baik ketika dia bergabung di Mr. Big. Saat memainkan lagu “Green Tinted Sixties Mind”, Richie tidak memainkan dengan cara tapping seperti yang dilakukan gitaris sebelumnya, Paul Gilbert. Richie memainkannya dengan cara skipping string dan legato. Hasilnya? Dahsyat. Cari aja videonya di Youtube.
Setiap memainkan lagu orang lain, otak saya selalu berfikir “Ada gak cara main lain untuk lagu ini?”. Dalam benak saya, selalu berusaha untuk nampilin sesuatu yang berbeda. Tujuannya supaya lebih fresh.
“Gimana kalo saya main lagu itu pake teknik killswitch semua?”
“Gimana kalo bagian sweep ini saya ganti tapping aja?”
“Gimana kalo nada ini saya mainin satu oktav lebih tinggi dari aslinya?”
Itu adalah ide-ide dalam benak saya kalau saya bawain lagu orang, dan juga bawain lagu sendiri. Dengan ide-ide kayak gini, kamu akan selalu tampil beda, dan tampil fresh. Permainan gak akan jadi membosankan. Dan yang paling penting, kamu akan nemuin hal baru yang bisa jadi identitasmu sendiri.
Jadi lahirkanlah ide-ide baru. Jangan terkurung dan terkungkung. Think out of the box. That's our lesson today.
mantap... Kykx judul idiot box ini ada di film kartun manaaaaa gtu q lupa2 ingat hehehehe
ReplyDelete