Tuesday, September 6, 2011

TAO OF SHRED: Q&A 2


Q: Lagu C4 mana aja yang jadi favorit sampeyan?
A: Lagu yang aku suka malah 2 lagu yang gak pernah dimainin live, “Finale” ama “Air Mata”. Aku suka Finale karena sejak dulu aku pengen bikin lagu kayak Bohemian Rhapsody-nya Queen. And I think I have succeed with Finale. Walaupun banyak kekurangan, karena C4 bukan Queen, tapi aku lumayan puas.  Kalo lagu Airmata aku suka solo gitarnya, sampai sekarang aku gak bisa dapetin sound kayak gitu lagi, karena settingannya kehapus secara gak sengaja dari Zoom GFX 707ku. Kedua lagu ini juga direkam tanpa latihan sebelumnya. Aku bikin lagu itu langsung di studio. Jadi personil C4 yang lain gak tau lagu itu bakalan kayak apa. They just came in and did what I told them to do.

Q: Mau gak mau, mas Norman bisa dibilang mng-influence banyak orang karena berani bermain beda, terutama permainan killswitch. Sekarang banyak gitaris yang pasang killswitch di gitarnya. Banyak juga gitaris yang mainin teknik-teknik sound anehnya sampeyan. Itu inspirasi dari mana? Dan apa pendapat mas Norman saat liat ada orang yang 'niru' sampeyan?
A: Jujur aja jelas dari Tom Morello. Tapi sebenarnya Tom Morello bukan orang pertama yang main killswitch. Eddie Van Halen udah main itu di album pertamanya tahun 1978. Stevie Ray Vaughan juga sering mainin switch gitu, walaupun bukan killswitch tapi hasilnya hampir mirip kok.
Perkara tiru meniru itu udah biasa kok. Meniru itu adalah bentuk pujian tertinggi. Jadi aku gak pernah sumpek liat orang lain main kayak aku. Karena seberapa kerasnya mereka mencoba, mereka gak bisa kayak aku. Dan begitu pula sebaliknya, aku pun gak bisa kayak mereka. So I just do what I do. Kalo ada yang suka ya asik aja. Kalo banyak yang gak suka, ya I don't give a fuck.

Q: Saya udah dengerin beberapa lagu C4 yang baru, kok beda ama album C4 yang lama ya mas?
A: Ya harus beda, kalo gak beda, what's the point of making a new album? Hehe. Tapi tetep ada benang merahnya kok. Masih tetap nge-rap. Masih tetep nge-rock. Liriknya masih tetep kritis, walaupun udah gak begitu politis lagi. Yang kamu denger itu adalah hasil pre-produksi. Jadi masih dalam bentuk demo. Dan bukan hasil akhir. Hanya memberi gambaran tentang album kita berikutnya,dan juga untuk penjajakan pendapat aja. Tapi aku justru senang ada komentar kayak gini. Itu terbukti kalo C4 bisa bikin musik yang beda, dan gak cuma stagnan dalam segi musikalitas. Aku tuh pengen kita kayak Queen. Mereka bisa bikin musik yang beda-beda tapi tetep kedengaran kayak Queen. But don't get me wrong, aku bukan pengen C4 musiknya kayak Queen. Cuma inspirasi aja. Aku pengen musikalitasnya aja yang kayak gitu, bukan musiknya. Ngerti kan maksudnya? Hehe

Q: Gimana caranya dapetin inspirasi, karena aku sering kerasa stagnan?
A: Dengerin musik-musik yang biasanya jarang kamu dengerin, atau sekalian musik-musik yang kamu gak suka. Aku dengerin musik apa aja, bahkan musik yang gak ada hubungannya dengan gitar atau dengan musikku. Karena selalu ada hal yang baru. Aku dengerin Prodigy atau The Chemical Brothers buat dapetin beat-beat yang asik dan sound yang lucu-lucu. Untuk kord-kord aku dengerin musik-musik pop dan Jazz, karena banyak kord-kord asik di situ. Untuk permainan gitar, aku malah jarang dengerin gitaris, aku malah suka dengerin vokalis, drummer, atau saxophone. Beneran loh. Dari vokalis kayak Whitney Houston aku belajar gimana main lead yang baik. Kalo kamu dengerin cara dia bernyanyi, cara dia phrasing, cara penjiwaannya, cara dia vibrato, cara dia menjangkau nada-nada tinggi, semua itu bisa diterapin di gitar. Aku sering banget “ngejam” dengan lagu-lagunya Whitney Houston. Ngikutin nyanyinya pake gitar. Ngikutin semua vibratonya, nada-nada tingginya, dan lain-lain. Kamu akan kaget betapa banyak yang bisa kamu dapetin dari cara-cara “gak gitar banget” kayak gini. Coba aja.

Q: Bro, ceritain dong tentang lagu “Lelaki Sejati”. Kisah di baliknya, inspirasinya, aransemennya, dan lain-lain.
A: Awalnya aku pengen bikin lagu yang liriknya bisa nyambung ke berbagai hal. Lagu itu bisa tentang patah hati, bisa tentang kehidupan, bisa tentang macem-macem. Kalo kamu dengerin liriknya, rasanya semua hal bisa nyambung ke lagu itu. As long as you are male, off course, hehe. Kalo gak salah aku bikin lagu itu di dalam bis.
Lagu ini sempat digarap Arema Voice juga. Cuma aransemennya yang bikin Bayu PG, bukan aku. Nice arrangement. I would never be able to arrange music like that. Tapi saat itu aransemennya emang beda ama visi ku tentang lagu itu.
Untuk aransemen buat C4 sendiri, aku pengen bikin lagu pop yang gak kacangan. Yang kordnya banyak, dan musiknya megah. Sebenarnya ada rencana untuk nambah paduan suara biar lagu itu tambah megah. Kita lihat aja mudah-mudahan ada jalan.
Di bagian interlude ada progresi kord yang aku suka banget. Aku iseng aja bikin kayak gitu, semakin banyak kord semakin bagus. Hehe. Jujur aja itu nyolong dari lagunya Tomika Van yang judulnya “Holy Planet”.

Q: Gimana rasanya jadi anggota “Arema Voice”
A: That's a tough question. But I'd say: proud and embarrassed at the same time. Haha. I'm not kidding. Adalah sebuah kebanggaan untuk bisa main dengan musisi-musisi hebat kayak Bayu, Unyep, mas Denny, dan Nico. Tapi terlalu banyak blunder di band ini. So I just left. It's better to channel my energy on something else. Tapi aku bangga dengan beberapa karyaku di Arema Voice seperti Singo Edan, Api Jiwaku, Indonesiaku dan Malaikat Kecil. I wrote every single thing on those songs from guitar riff, to vocal lines, to drum beat.

Q: Band favoritmu yang “gak” banget?
A: Aku suka D'Bagindas. I think they are genius. D'Massiv juga. Wah aku hampir tiap hari dengerin D'Massiv hehe. Kalo band aneh-aneh aku suka adalah YMCK. Musik mereka kayak musiknya video game. Cute music. Kalo dengerin musik mereka rasanya kayak kembali jaman aku kecil pas lagi musim main Nintendo. Ada yang tau New Kids on The Block? They probably my biggest idol. Haha

Q: Mas Norman pernah jadi anggota Flanella ya? Kenapa keluar?
A: Aku gitaris pertamanya, tapi aku gak tau apa itu udah resmi jadi anggota atau belum. Penampilan pertama Flanella itu di Kartika Graha, saat itu kita bawain beberapa lagu orang dan juga lagu sendiri. Seingatku judulnya “Satu Yang Kuinginkan”. Aku gak keluar dan juga gak dikeluarin. Abis manggung pertama kali itu, aku gak pernah denger kabar lagi dari mereka. Saat mereka gabung lagi, udah pake gitaris baru. So I guess that's a new way of firing people, right? Haha. Just kidding. We're still good friends. Sharing jokes and laughs together. Aku suka anget ama suaranya Kidnep. I think we should make an album together. Hahahah.

Q: Pernah gak kehilangan semangat main gitar?
A: Aku gak pernah kehilangan kecintaan pada gitar. Kalo lagi males, ya males aja. Tapi aku gak pernah bosen. Every time my fingers touch the fretboard, I am in a new world. That's just the way I escape my problems and worries. Kadang-kadang aku suka becanda bilang bosen gitaran, kenyataannya aku tambah suka tuh main gitar.
Kalo kebosanan datang, ya lakukan hal lain. Baca buku kek, ke gunung kek, ke pantai kek. Kalo udah refreshing, pasti jadi seger lagi. Main gitar tuh kayak pacaran. Ada saat kamu bilang kamu bosen, tapi begitu jauhan ada rasa kangen yang gak terkatakan. Gitu kali ye?

Q: Apa kamu tetep semangat bermusik kalau seumpama band kamu banyak masalah, stagnan, dan gak sukses?
A: Masa depan itu gaib. Siapa yang tahu takdir kita? Memang takdir udah digariskan, tapi kita gak akan pernah tau kita bakalan jadi apa sebelum kita berusaha menjemput takdir itu kan? Jadi aku tetep berusaha terus, sampai pada akhirnya aku tahu aku sukses atau gagal. Toh bayanganku tentang sukses dan gagal bisa aja beda ama kamu.
Mengenai band yang banyak masalah, semua band dan semua hubungan orang-per-orang pasti ada masalah. Karena gak ada satu pun orang yang cocok dengan orang lain. Yang kita bisa adalah saling menyesuaikan. Aku pikir dimana-mana sama aja. Ngeband itu sama kayak pacaran, sama kayak nikah. Kamu harus mau menerima kekurangan orang, kalo gak kamu bakalan kecewa terus, dan pencarianmu gak akan pernah usai. Bagaimana mungkin kita bisa nemu orang yang cocok dan klop sedangkan ujung jari kita aja gak ada yang sama? Apalagi isi kepala? 

Q: Ceritain proses waktu C4 bikin album dong?
A: Biasanya lagu itu udah utuh jadi di kepalaku. Jadi saat di studio latihan, aku udah punya gambaran musiknya akan kayak gimana. Personil yang lain tinggal ikut aja. Tapi mereka kadang main beda, dan malah lebih asik dari ide awalku. Jadi aku gak begitu otoriter dalam hal aransemen. Pokoknya, apapun yang cocok, itu yang dipakai. Dan personil lain udah punya bayangan apa yg cocok dan apa yang gak. Visi bermusik kita udah sama. Tapi mereka mempercayakan hasil akhirnya ke aku. Karena aku yang paling paham tentang hal ini, jadi keputusan akhir ada di tanganku. Tapi itu gak berarti aku yang berkuasa penuh di C4. Bisa dibilang aku sebagai pemimpin, tapi keputusan tetap berada di tangan rakyat. Untungnya rakyat mempercayakan segala keputusan kepada pemimpinnya. Begitulah analogi di C4.
Nah setelah aransemen udah jadi, kita lalu rekaman. Biasanya langsung ke studio. Gak pake buat demo di rumah dulu. Karena menurutku buang-buang tenaga. Nah pas rekaman di studio itu, kita rekaman 'mentahan' dulu alias guide. Dari situ aku bisa tau soundnya mau digimanain, bagian mana yang harus dirubah, dan lain-lain. Biasanya di tahap ini baru aku nulis liriknya yang fix.
Setelah lirik jadi, aku rekam suaraku sebagai guide buat vokalisnya. Setelah guide vokal selesai, kita baru ngisi seluruh instrumen secara 'beneran'. Nyari sound yang cocok, dan lain-lain. Biasanya proses rekaman gak butuh waktu panjang, karena sebelumnya kita udah latihan dulu.
Tapi ada beberapa lagu yang sebelumnya gak pernah dilatih dulu sebelumnya, kayak “Finale”, “Air Mata”, dan “Lelaki Sejati”. Lagu-lagu itu prosesnya langsung aku lakukan di studio. Gak ada alasan kenapa begitu, mungkin karena kita gak sempat latihan aja.
Saat rekaman aku juga selalu ada saat personil yang lain take bagiannya. Biasanya aku ngasih saran tentang sound, dan lain-lain. Karena rekaman itu beda banget saat latihan. Saat latihan ada beberapa lagu yang kedengaran asik, tapi begitu direkam kok jadi gak enak.
Begitu proses rekaman selesai dan masuk proses mixing, biasanya aku menyerahkan proses mixing ke studio engineernya. Setelah selesai, baru aku dengerin lagi Kalo ada yang gak cocok atau ada kekurangan baru aku minta dirubah. Biasanya aku bawa hasil mixing untuk didengerin di berbagai tempat. Di komputer, di CD player, dan lain-lain. Saat dengerin itu biasanya aku bikin catatan-catatan kecil. Kayak “cymbal kurang kedengaran di menit ke sekian”, “vokal bagian ini harus lebih pelan” dan lain-lain. Setelah itu kita mixing ulang lagi berdasarkan hasil catatan itu. Begitu terus berulang kali sampai kita semua puas ama hasilnya.
Setelah mixing baru di mastering. Biasanya proses masteringnya aku ikut juga.

No comments:

Post a Comment