Tone!
Hampir semua gitaris di dunia ini selalu membahas TONE. Karena bagi
gitaris, tone gitar adalah bagaikan tanda tangan mereka. Orang akan langsung
mengenal sang gitaris cukup dengan mendengarkan tone gitarnya. Dalam kata lain,
tone adalah suara gitar yang dihasilkan dari sang gitaris.
Saya mungkin gak akan terlalu membahas sisi filosofis bahwa tone itu dari
tangan si gitaris, bla..bla..bla…, karena membahas sisi filosofis gak bakalan selesai. Seperti apapun di dunia
ini, membahas masalah tone/sound gitar adalah sesuatu yang sangat subyektif.
Oleh karena itu pun saya akan membahasnya secara subyektif, yaitu berdasarkan
pengamatan saya sendiri.
Nah berdasarkan pengamatan saya, tone gitar itu berubah-ubah sesuai jaman
dan trend. Dan karena saya adalah gitaris yang ‘mengaku’ metal, maka saya
cuma akan membahas sound gitar metal aja.
Di tahun 80an-90an, sound gitar
yang ngetop banget untuk musik metal saat itu adalah yang “Mid Scooped”, alias
frequensi middle nya dikecilin. Suara gitar yang dihasilkan terasa gahar.
Tetapi biasanya sound gitar yang mid scooped selalu keren didengerin saat gitar
itu dibunyikan sendirian. Kalo seluruh band udah main, biasanya gitarnya jadi
gak kedengaran. Kenapa? Karena dalam mix, frequensi gitar adalah middle. Kalo
dikecilin middle nya, maka ilang deh suara gitar ditelan instrument lain.
Gimana ya band-band besar seperti Metalica atau Pantera bisa punya sound yang
scoop tapi tetap kedengaran di mix? Entahlah. Itu mungkin sound engineer yang
lebih paham dan punya trik sendiri saat mixingnya.
Dimebag Darrel (Pantera) |
Tahun 2000an, sound gitar berubah
menjadi lebih berat saat Korn dan Limp Bikit mulai mempopulerkan gitar senar 7.
Hampir semua band metal saat itu menggunakan gitar senar 7, atau melakukan down
tuning di gitar senar 6. Tone gitar kala itu masih terpengaruh Pantera, tapi
dibuat lebih berat karena adanya senar 7 yang lebih rendah. Ciri khas gitar
metal jaman ini juga soundnya lebih open dan renyah. Seperti tonenya Mark
Tremonti yang saat itu mempopulerkan kombinasi gitar PRS dan ampli Mesa Boogie.
Jaman ini pula sound natural dari ampli menjadi inti utama sebuah tone gitar,
di mana era sebelumnya lebih menitikberatkan pada rack gitar yang berisi pre
amp dan power amp.
Wes Borland (Limp Bizkit) |
Memasuki era 2010 ke atas, trend
sound pun mulai berubah. Jika di era sebelumnya sound analog sudah menjadi
rumus dasar sound keren, maka memasuki era ini justru sound digital kembali
merajai. Era efek dan perlatan digital memang sebenarnya sudah lahir di tahun
2000an, tapi saat itu teknologi digital masih belum secanggih sekarang.
Sehingga sound yang dihasilkan masih belum bisa mendekati sound analog. Di era
2000an, efek digital hanya bisa menjadi pelengkap karena ringkas dan
mempermudah para gitaris.
Nah, era 2010 adalah era dimana
teknologi digital sudah sangat maju. Studio rumahan (home studio) menjamur
karena sekarang orang dapat membuat hasil rekaman yang sangat bagus karena
teknologi digital yang mempermudah dan mempermurah. Adanya program-program
serta aplikasi rekaman yang soundnya dahsyat membuat para musisi tidak perlu
lagi membeli ampli atau efek analog yang mahal. Cukup klik saja, voila, sound
keren pun tiba!
Era ini menyajikan sound gitar professional
yang didapatkan dari program computer yang bisa didownload dengan mudah. Bahkan
rekaman-rekaman band terkenal saat ini, sound gitarnya ada juga yang menggunakan
program seperti ini. Ditambah lagi efek digital seperti Fractal Ax Fx, Line 6
POD HD, yang soundnya, konon, menggelegar dengan natural, membuat era digital
benar-benar berjaya. Banyak gitaris yang cuma membawa Fractal atau POD saja ke
atas panggung. Tanpa repot membawa ampli, cabinet, atau rack segede kulkas.
Kamu masuk tipe gitaris yang mana
nih? Analog atau digital? Semua mempunya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Asal kamu bisa memanfaatkannya maka sound gitar kamu bakal tetep keren kok.
Oke, kini sekedar membahas
pilihan pribadi saya.
Untuk manggung di acara gede,
saya suka bawa ampli, pedalboard berisi stomp box, dan beberapa gitar. Ribet
memang. Tetapi entah kenapa, selalu kerasa lega jika manggung menggunakan
peralatan tempur yang lengkap kayak gini. Cuma ya itu ribet. Harus ada kru.
Kalo kru lagi gak ikut, atau cuma
karena main di acara kecil, saya cukup bawa Zoom G5 aja. Untuk distorsian,
menurut saya udah cukup banget lah. Cuma sound-sound modulasinya aja yang kurang
gimanaaa gitu. Enaknya efek digital jaman sekarang, kita bisa download sound
macam-macam. Bahkan sound-sound ini adalah hasil settingan gitaris papan atas
macam Richie Kotzen dan Steve Vai.
Di artikel berikutnya, saya akan
membahas sedikit tips tentang sound gitar saat rekaman. Stay tune!
No comments:
Post a Comment